ASSALAMUALAIKUM WR.WB

Selamat Datang

VIJ 1928


Cerita bermula ketika para pemuda pribumi ingin mengadakan pertandingan sepakbola sebagai bentuk sosial untuk membantu korban kebakaran hebat yang terjadi di Kwitang, tapi bukan pertandingan sepakbola amal yang terjadi, melainkan pegusiran dan sikap rasis pengurus VBO (Voetballbond Batavia Omnstraken) terhadap pemuda pribumi.
Lapangan milik klub Hercules (anggota VBO saat itu) di Deca Park tidak boleh dipakai oleh kaum pribumi untuk bermain sepakbola. Jelas saja para pemuda tersebut yang masih hangat dengan Sumpah Pemuda segera mendirikan perkumpulan sepakbola pribumi pertama di Jakarta, yaitu dengan nama Voetballbond Indonesische Jacatra atau VIJ.
Pemakaian nama Jacatra tersebut menjadi alasan pergerakan mereka yang memang sangat membenci Belanda. Jacatra adalah nama tanah Batavia sebelum 1620 dimana saat itu Pangeran Jakarta, Wijayakrama masih menguasai tanah “kemenangan” ini.
Beruntung Jakarta saat itu diisi oleh para tokoh pemuda nasional yang berani menjamin kehidupan VIJ sebagai bentuk perlawanan terhadap Belanda. Bahkan para Pembina dan Ketua Umum VIJ adalah orang-orang yang menjadi tulang punggung proses kemerdekaan Indonesia, para tokoh nasional.
Jacatra saat itu sama seperti Jakarta saat ini, berbagai macam ras suku menjadi satu di daerah ini. Atas dasar itulah VIJ mengidentitaskan dirinya sebagai Merah-Putih. Sebuah indentitas perlawanan Indonesia dari kota yang biasa disebut “Indonesia Ketjil”.
Perlawanan terus berlanjut sampai pada akhirnya di tahun 1932, Mohammad Hoesni Thamrin memberikan lapangan di daerah Petojo sebagai “rumah” VIJ. Lapangan yg terletak di jalan Biak, Roxy tersebut digunakan VIJ sebagai tempat berkompetisi klub-klub anggotanya.
Bukan kampungan atau tidak modern, bahwa klub-klub VIJ bernama sangat pribumi, seperti Tjahaja Kwitang, STER, Setia, Malay Club, Keroekoenan, Andalas, Jong Krakatau, Sinar Betawi dll. Bahkan semua anggota klub-klub tersebut asli pribumi semua dan tidak satupun pemain keturunan asal Belanda.
Persaingan VIJ dan VBO jelas menjadi sangat kentara, bahkan di era tersebut VIJ dan VBO adalah raja Kampeonturnoi PSSI dan NIVU (Netherland Indische Voetball Unie). Jika dulu orang pribumi juga suka menonton kompetisi VBO maka setelah Ada VIJ, perhatian orang pribumi jelas lebih tertuju ke kompetisi VIJ.
Orang-orang dari Jatibaru, Tanah Abang, Kramat, Kwitang, Cideng, Roxy, bahkan orang-orang daerah Mester-Cornelis juga ikut menonton kompetisi VIJ atau pertandingan-pertandingan VIJ di Petojo. Bisa dibilang saat itu simpati orang Jacatra terhadap VIJ sudah sangat tinggi, hal inilah yg ditakuti oleh NIVU
Bahayakah keberadaan VIJ dimata NIVU? Jelas sangat berbahaya, VIJ adalah salah satu perkumpulan yang mendirikan PSSI di tahun 1930. Bersama-sama perkumpulan sepakbola yang ada di Indonesia, termasuk BIVB (Bandung), VIJ meruncingkan perlawanannya terhadap Belanda. PSSI alat pemersatu Indonesia yang bergerak di Sepakbola.
Terlebih posisi VIJ kuat dengan berdirinya para Pembina yang memang frontal terhadap Belanda. MH Thamrin, Dr A. Halim, Dr. Moewardi, Dr Koesoemah Atmadja, Mr Abudwahab, Mr. Basri dan tokoh pemuda Sunda di Jacatra, Iskandar Brata adalah tokoh-tokoh nasional yang juga para Pembina VIJ. VIJ saat itu adalah ancaman kelangsungan hidup NIVU dan Belanda di Indonesia.
Tokoh-tokoh itulah yang membuat VIJ tetap menggelar kompetisinya di Petojo, dibawah ancaman Belanda, VIJ tidak takut. Para pembinannya saat itu siap menjaga perkumpulan sepakbola “Indonesia Ketjil” ini sebagai ujung pedang perjuangan bangsa.
Nama VIJ saat ini memang sudah berganti menjadi Persija, tapi asa “Indonesia Ketjil” sampai saat ini masih menjadi milik Persija. Memang warna Merah-Putih telah runtuh oleh era Sutiyoso, tapi Persija saat ini tetaplah Persija, suatu Perkumpulan yang para pemainnya terdiri dari berbagai macam ras dan suku di Indonesia. Sayang jejak VIJ hanya lapangan Petojo yang sekarang dikitari oleh perkampungan warga, itu pun mungkin saja banyak dari pendukung Persija era ini yang masih belum tahu bahwa lapangan tersebut mempunyai cerita sejarah yang sangat dalam buat Persija.
Persija masih tetap menjadi primadona bagi semua orang, walau saat ini entah dimana “rumah” Persija, tapi perkumpulan ini masih ada dan tegak berdiri. Keyakinan orang terhadap kelangsungan Persija tetaplah tinggi, ditengah arus modernisasi, Persija yg ikut terkena  hantaman badai penggusuran Jakarta masih tetap survive ditengah kemiskinannya

“ Keberadaan kita hari ini, berasal dari segala sesuatu yang telah dibangun pendahulu kita di masa lalu ”
               


0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Popular Posts

About Me

Blogroll

Blogger templates

Translate